Al-Qur’an
dan Wahyu
&
‘Ulum
Al-Qur’an dan Perkembangannya
Makalah
ini diserahkan sebagai tugas pada mata kuliah ‘Ulumul Qur’an dan
Hadits
Dosen Pembimbing :
Dr. Zubair, M.Ag.,
Disusun oleh:
Rifkia Syahida
Alia Rusli Hasbi
Lutfia Inda Rizki
Ikhwan Hakim Rangkuti
FAKULTAS
ADAB DAN HUMANIORA
JURUSAN
BAHASA DAN SASTRA ARAB
UIN
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
Pendahuluan
Al-Qur’an adalah kalammullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
lewat perantara malaikat Jibril sebagai mu’jizat. Al-Qur’an adalah sumber ilmu
bagi kaum muslimin yang merupakan dasar-dasar hukum yang mencakup segala hal,
baik aqidah, ibadah, etika, mu’amalah dan sebagainya.
“Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan
segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang
yang berserah diri.(Q.S.An-Nahl 89).
Mempelajari isi Al-qur’an akan menambah perbendaharaan baru,
memperluas pandangan dan pengetahuan, meningkatkan perspektif baru dan selalu
menemui hal-hal yang selalu baru. Lebih jauh lagi, kita akan lebih yakin akan
keunikan isinya yang menunjukan Maha Besarnya Allah sebagai penciptanya.Firman
Allah :
“Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah Kitab (Al Quran)
kepada mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami[546];
menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.(Q.S.Al-A’raf 52)
Al-Qur’an
diturunkan dalam bahasa Arab. Karena itu, ada anggapan bahwa setiap orang yang
mengerti bahasa Arab dapat mengerti isi Al-qur’an. Lebih dari itu, ada orang
yang merasa telah dapat memahami dan menafsirkan Al-qur’an dengan bantuan
terjemahnya sekalipun tidak mengerti bahasa Arab. Padahal orang Arab sendiri
banyak yang tidak mengerti kandungan Al-Qur’an. Bahkan di antara para sahabat
dan tabi’in ada yang salah memahami Al-Qur’an karena tidak memiliki kemampuan
untuk memahaminya. Oleh karena itu, untuk dapat mengetahui isi kandungan
Al-Qur’an diperlukanlah sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana, tata cara
menafsiri Al-Qur’an. Yaitu Ulumul Qur’an atau Ulum at tafsir. Pembahasan
mengenai ulumul Qur’an ini insya Allah akan dibahas secara rinci pada bab-bab
selanjutnya.
Daftar Isi
Pendahuluan……………………………………………………………………....2
Al-Qur’an
dan Wahyu:
A.
Pengertian
Al-Qur’an…………………………………………………….4-5
B.
Nama-nama
Al-Qur’an…………………………………………………...5-6
C.
Garis
Besar Kandungan Al-Qur’an………………………………………6-7
D.
Pengertian
Wahyu………………………………………………………..7-9
E.
Macam-macam
Wahyu…………………………………………………9-13
F.
Perbedaan
Wahyu, Ilham , dan Ta’lim………………………………..13-14
‘Ulumul
Qur’an dan Perkembangannya:
A.
Pengertian
‘Ulumul Qur’an……………………………………………….15
B.
Ruang
Lingkup ‘Ulumul Qur’an………………………………………….16
C.
Pokok-pokok
Bahasan ‘Ulumul Qur’an………………………………...16-17
D.
Sejarah
Perkembangan ‘Ulumul Qur’an………………………………..17-21
Daftar
Pustaka……………………………………………………………………22
Al-Qur’an dan Wahyu
A.
Pengertian
Al-Qur’an
1.
Pengertian
Etimologi (Bahasa).
Para Ulama berbeda pendapat dalam menjelaskan kata Al-Qur’an:
a.
Sebagian
dari mereka berkata bahwa Al-Qur’an merupakan kata jadian dari kata dasar (membaca). Kata ini kemudian dijadikan
sebagai nama bagi firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. mereka
merujuk firman Allah:
Artinya : “Sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah mengumpulkannya
(di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai
membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.” (QS. Al-Qiyamah : 17-18)
b.
Sebagian
dari mereka menjelaskan bahwa kata Al-Qur’an merupakan kata sifat dari kata
dasar yang artinya
menghimpun. Kemudian dijadikan nama bagi firman Allah yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad yang menghimpun surat, ayat, kisah, perintah, dan larangan. Atau
menghimpun intisari kitab-kitab suci sebelumnya.
c.
Sebagian
dari mereka mengatakan bahwa kata Al-Qur’an diambil dari kata kerja (menyertakan), karena menyertakan
surat, ayat, dan huruf-huruf.
d.
Al-Farra’
menjelaskan bahwa kata Al-Qur’an diambil dari kata (penguat)
karena terdiri atas ayat-ayat yang saling menguatkan dan ada kemiripan satu
sama lainnya.
2.
Pengertian
Terminologi (Istilah).
a.
Menurut
Manna’ Al-Qaththan:
Artinya: “Kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan
orang yang membacanya akan memperoleh pahala.”
b.
Menurut
Al-Jurjani:
Artinya: “Yang diturunkan kepada Rasulullah SAW, ditulis dalam
mushaf, dan diriwayatkan secara mutawatir tanpa keraguan.”
c.
Menurut
Abu Syahbah:
Artinya: “Kitab Allah yang diturunkan baik kafadz maupun maknanya
kepada Nabi terakhir, Muhammad SAW. diriwayatkan secara mutawatir, yakni dengan
kepastian dan keyakinan serta ditulis pada mushaf, mulai dari awal surat
Al-Fatihah <1> sampai akhir surat An-Nas <114>.”
d.
Menurut
kalangan pakar Ushul Fiqh, Fiqh, dan Bahasa Arab:
Artinya: “Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi-Nya, Muhammad.
Lafadz-lafadznya, mengandung mukjizat, membacanya mempunyai nilai ibadah,
diturunkan secara mutawatir, dan ditulis pada mushaf. Mulai dari awal surat
Al-Fatihah <1> sampai akhir surat An-Nas <114>.”
B.
Nama-nama
Al-Qur’an
Di dalam kitab Al-Ithahan karangan As-Suyuty, diterangkan bahwa
Abul Ma’ali Syaizalah Al-Burhan fi
Musykilatil Qur’an (wafat tahun 494 H) menyebutkan 55 buah nama untuk
Al-Qur’an. Bahkan Abul Hasan Al-Haraly (wafat tahun 647) menerangkan bahwa
lebih dari 90 nama untuk Al-Qur’an.
Dr. Subhi Al-Salih berpendapat bahwa sebagian ulama
berlebih-lebihan di dalam menghitung jumlah nama-nama untuk Al-Qur’an, sebab
mereka mencampur-adukkan antara nama dan sifatnya.
Di antara nama-nama kitab suci umat Islam yang sangat terkenal:
a.
Al-Qur’an,
di antaranya terdapat di surat Al-Baqarah : 185,
Artinya: “Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan
(permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang baik dan batil).”
b.
Al-Furqan,
di antaranya terdapat di surat Al-Furqan :1,
Artinya: “Maha Suci (Allah) yang telah menurunkan Al-Furqan kepada
hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.
c.
Al-Kitab,
di antara lain dapat ditemukan di surat An-Nahl : 89,
Artinya: “Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab untuk menjelaskan
segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang
yang berserah diri (kepada Allah).
d.
Adz-Dzikr,
dapat kita jumpai dalam surat Al-Hijr,
Artinya: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Adz-Dzikr
(Al-Qur’an) dan sesungguhnya Kami (pula lah) yang memeliharanya.”
C.
Garis
Besar Kandungan Al-Qur’an
Di dalam surat-surat dan ayat-ayat Al-Qur’an terkandung kandungan
yang secara garis besar dapat kita bagi menjadi beberapa hal pokok atau hal
utama beserta pengertian atau arti definisi dari masing-masing kandungan inti
sarinya, yaitu sebagaimana berikut ini :
1.
Aqidah
/ Akidah
Aqidah adalah ilmu yang mengajarkan manusia mengenai kepercayaan
yang pasti wajib dimiliki oleh setiap orang di dunia. Al-Qur’an mengajarkan
akidah tauhid kepada kita yaitu menanamkan keyakinan terhadap Allah SWT yang
satu yang tidak pernah tidur dan tidak beranak-pinak. Percaya kepada Allah SWT
adalah salah satu butir rukun iman yang pertama. Orang yang tidak percaya
terhadap rukun iman disebut sebagai orang-orang kafir.
2.
Ibadah
Ibadah adalah taat, tunduk, ikut, atau nurut dari segi bahasa. Dari
pengertian “Fuqaha”, ibadah adalah segala bentuk ketaatan yang dijalankan atau
dikerjakan untuk mendapat Ridha dari Allah SWT. Bentuk ibadah dasar dala ajaran
agama Islam yakni seperti yang tercantum dalam lima butir rukun Islam.
Mengucapkan dua kalimat syahadat, shalat lima waktu, membayar zakat, puasa di
bulan suci Ramadhan dan beribadah [ergi haji bagi yang telah mampu
menjalankannya.
3.
Akhlaq
/ Akhlak
Akhlak adalah perilaku yang dimiliki oleh manusia, baik akhlak yang
terpuji atau akhlakul karimah maupun yang tercela atau akhlakul madzmumah.
Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW tidak lain dan tidak bukan adalah untuk
memperbaiki akhlaq. Setiap manusia harus mengikuti apa yang diperintah-Nya dan
menjauhi larangan-Nya.
4.
Hukum-hukum
Hukum yang ada di Al-Qur’an adalah memberi suruhan atau perintah
kepada orang yang beriman untuk mengadili dan memberikan penjatuhan hukuman
hokum pada sesame jenis yang terbukti bersalah. Hokum dalam Islam berdasarkan
Al-Qur’an ada beberapa jenis atau macam seperti junayat, mu’amalat, munakahat,
faraidh, dan jihad.
5.
Peringatan
/ Tadzkir
Tadzkir atau peringatan adalah sesuatu yang member peringatan
kepada manusia akan Allah SWT berupa
siksa neraka atau waa’id. Tadzkir juga bisa berupa kabar gembira bagi
orang-orang yang beriman kepada-Nya dengan balasan berupa nikmat surge jannah
atau waa’ad. Di samping itu ada pula gambaran yang menyenangkan di dalam
Al-Qur;an atau disebut juga targhib dan kebalikannya ngambaran yang menakutkan
dengan istilah lainnya tarhib.
6.
Sejarah-sejarah
atau Kisah-kisah
Sejarah atau kisah adalah cerita mengenai orang-orang yang
terdahulu baik yang mendapatkan kejayaan akibat taat kepada Allah SWT serta ada
juga yang mengalami kebinasaan akibat tidak taat atau ingkar terhadap Allah
SWT. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari sebaiknya kita mengambil pelajaran
yang baik-baik dari sejarah masa lalu atau dengan istilah lain ikhtibar.
7.
Dorongan
untuk Berpikir
Di dalam Al-Qur’an banyak ayat-ayat yang mengulas suatu bahasan
yang memerlukan pemikiran manusia untuk mendapatkan manfaat dan juga
membuktikan kebenarannya, terutama mengenai alam semesta.
D.
Pengertian
Wahyu
Dikatakan wahaitu ilaih dan auhaitu, bila kita
berbicara kepadanya agar tidak diketahui orang lain. Wahyu adalah isyarat yang
cepat. Itu terjadi melalui pembicaraan yang berupa rumus dan lambing, dan
terkadang melalui suara semata, dan terkadang pula melalui isyarat dengan
sebagian anggota badan.
Al-wahy atau wahyu adalah kata masdar (infinitive); dan materi kata
itu menunjukkan dua dasar, yaitu:
tersembunyi dan cepat. Oleh sebab itu, maka dikatakan bahwa wahyu ialah
pemberitahuan secara tersembunyi dan cepat yang khusus ditujukan kepada orang
yang diberi tahu tanpa diketahui orang lain. Inilah pengertian masdarnya.
Tetapi terkadang juga bahwa yang dimaksudkan adalah al-muha yaitu
pengertian isim maf’ul, yang diwahyukan. Pengertian wahyu dalam arti
bahasa meliputi:
1.
Ilham
sebagai bawaan dasar manusia, seperti wahyu terhadap ibu Nabi Musa:
“Dan
Kami ilhamkan kepada Ibu Musa: “Susuilah dia…” (al-Qasas [28]:7)